Omzet Keripik Pare Menembus Pasar Luar Negeri
WILISNEWS, MADIUN - Badai Covid-19 yang melanda seantero negeri, memang terasa pahit bagi para pelaku usaha. Hanya beberapa jenis usaha yang bertahan, bahkan malah seperti tak terusik pandemi, seperti usaha kecil keripik berbahan baku pare.
Eny Setyowati, warga Jalan Kaswari Gang Modin, Kelurahan Nambangan Kidul, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun. Selama pandemi, Eny malah semakin merasakan bahwa pahitnya pare menjadi manis. Keripik pare buatannya justru laris manis bahkan sampai menembus pasar luar negeri. Dan perekonomian keluarganya pun bergerak, karena para pembeli tampaknya menyadari bahwa pahitnya pare memiliki segudang manfaat bagi kesehatan serta kaya nutrisi.
Pada proses pembuatannya, untuk menghilangkan rasa pahit, Eny merendam pare yang sudah diiris tipis-tipis menggunakan air garam selama delapan jam. Kemudian, pare rendaman air garam itu direbus. Setelah direbus baru dilumuri tepung dan digoreng. Karena belum memiliki mesin pengering minyak, ia mengeringkan pare yang baru digoreng dengan cara manual. Agar rasa keripiknya enak, ia selalu memilih pare yang masih segar.
"Berbagai pilihan varian bumbu beraneka rasa. Di antaranya, original, balado, keju, barbeque, sapi panggang, dan ayam panggang. Untuk harganya sendiri sangat terjangkau yaitu mulai Rp 5.000 untuk kemasan kecil, hingga Rp 80.000 tergantung rasa dan ukuran", imbuh Eny.
Dan untuk promosi dan penjualan, Eny pun memanfaatkan media sosial Facebook dan mengikuti berbagai pameran. Meski hanya usaha rumahan, namun keripik pare buatan Eny sudah terjual hingga wilayah Jabodetabek, bahkan ke Taiwan dan Hongkong.
Ketika ditanya berapa omzet per bulan, Eny enggan menyebut. Namun dalam sebulan ia biasanya memproduksi hingga 20 KG keripik pare. Dan ia menambahkan, selama setahun pandemi Covid-19, penjualan keripik parenya tidak terpengaruh. Bahkan Eny mengaku selama pandemi keripik parenya justru banyak dicari. (Fn/surya)
Posting Komentar untuk "Omzet Keripik Pare Menembus Pasar Luar Negeri"